Anak saya yang pertama, Wina, pertengahan tahun ini akan menyandang predikat baru sebagai siswa sekolah dasar. Sebagai orang tua, saya dan istri merasa bangga padanya karena berhasil masuk ke salah satu sekolah dasar negeri berpredikat baik di Jakarta, SDN SSN Kayu Putih 09 Pagi, atau yang lebih terkenal dengan sebutan SD Siemens, dengan "menyingkirkan" puluhan anak lain yang mendaftar tes masuk di sekolah tersebut. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kadar kebanggaan kami nanti bila dia berhasil masuk ke universitas negeri, wong masuk SD negeri saja bangganya sudah seperti ini!
Tetapi memang jalan yang dia lalui sebelumnya boleh dibilang tidak mudah. Beberapa minggu sebelumnya, dia telah mengikuti tes masuk di SDN IKIP, atau yang lebih dikenal dengan SD Labschool, yang berstandar internasional. Tesnya ada dua jenis, tertulis dan lisan (wawancara). Selesai tes, dengan yakin dia mengatakan bahwa dia bisa menjawab semua soal/pertanyaan yang diujikan, termasuk pada saat wawancara. Kami pun menaruh keyakinan bahwa dia akan lulus tes itu. Tetapi ternyata, pada hari pengumuman, nama Wina tidak termasuk dalam daftar calon siswa yang lulus tes. Walhasil kami kebingungan ketika berulang kali Wina bertanya kenapa dia bisa gagal. Pihak sekolah pun menolak untuk "mengungkap" nilai anak-anak yang tidak lulus tes. Mereka cuma berkata, "Memang cuma anak-anak yang ada di daftar ini yang lulus tes." tanpa mau memberitahu secara detil. Akhirnya kami pulang dengan agak sedikit kecewa, dan untungnya setelah melewati pembicaraan selama beberapa hari, Wina bisa juga menerima.
Dengan berbekal pengalaman di SD Labschool, kami membawa Wina mendaftar di SD Siemens, & melalui proses yang sama seperti sebelumnya: Tes tertulis dan lisan pada tanggal 23 & 24 Mei 2008. Dua hari sesudahnya, tanggal 26 Mei pukul 7:30 pagi, kami sekeluarga mendatangi SD Siemens untuk melihat pengumuman hasil tes Wina. Pukul delapan, pihak sekolah baru menempel lembar pengumuman. Kali ini kami merasa lebih dihargai, karena panitia memberitahu bahwa yang diumumkan bukan hanya mereka yang lulus tes, tetapi juga yang tidak lulus, lengkap dengan nilai yang mereka dapat dari tes masuk dua hari sebelumnya. Mata saya tidak kesulitan untuk menemukan nama anak saya, Andrawina Syifanindita, di lembaran yang berisi daftar anak-anak yang lulus tes. Hati saya melonjak kegirangan. Dia menempati urutan ke-18 dari 56 anak yang diterima sebagai siswa baru. Pokoknya hari itu salah satu hari yang sangat membahagiakan dalam hidup saya.
Tetapi memang jalan yang dia lalui sebelumnya boleh dibilang tidak mudah. Beberapa minggu sebelumnya, dia telah mengikuti tes masuk di SDN IKIP, atau yang lebih dikenal dengan SD Labschool, yang berstandar internasional. Tesnya ada dua jenis, tertulis dan lisan (wawancara). Selesai tes, dengan yakin dia mengatakan bahwa dia bisa menjawab semua soal/pertanyaan yang diujikan, termasuk pada saat wawancara. Kami pun menaruh keyakinan bahwa dia akan lulus tes itu. Tetapi ternyata, pada hari pengumuman, nama Wina tidak termasuk dalam daftar calon siswa yang lulus tes. Walhasil kami kebingungan ketika berulang kali Wina bertanya kenapa dia bisa gagal. Pihak sekolah pun menolak untuk "mengungkap" nilai anak-anak yang tidak lulus tes. Mereka cuma berkata, "Memang cuma anak-anak yang ada di daftar ini yang lulus tes." tanpa mau memberitahu secara detil. Akhirnya kami pulang dengan agak sedikit kecewa, dan untungnya setelah melewati pembicaraan selama beberapa hari, Wina bisa juga menerima.
Dengan berbekal pengalaman di SD Labschool, kami membawa Wina mendaftar di SD Siemens, & melalui proses yang sama seperti sebelumnya: Tes tertulis dan lisan pada tanggal 23 & 24 Mei 2008. Dua hari sesudahnya, tanggal 26 Mei pukul 7:30 pagi, kami sekeluarga mendatangi SD Siemens untuk melihat pengumuman hasil tes Wina. Pukul delapan, pihak sekolah baru menempel lembar pengumuman. Kali ini kami merasa lebih dihargai, karena panitia memberitahu bahwa yang diumumkan bukan hanya mereka yang lulus tes, tetapi juga yang tidak lulus, lengkap dengan nilai yang mereka dapat dari tes masuk dua hari sebelumnya. Mata saya tidak kesulitan untuk menemukan nama anak saya, Andrawina Syifanindita, di lembaran yang berisi daftar anak-anak yang lulus tes. Hati saya melonjak kegirangan. Dia menempati urutan ke-18 dari 56 anak yang diterima sebagai siswa baru. Pokoknya hari itu salah satu hari yang sangat membahagiakan dalam hidup saya.
I can understand your pride and happiness. Someday, I'll probably experience the same thing.
BalasHapusGood Luck, Wina!
salam kenal mas...
BalasHapuspastinya bangga sekali punya buah hati yg bisa sekolah negeri favorite.
walau telat... selamat ya..!!! =)
saya baru saja mendengar informasi tetang SD Siemens dari temen dan langsung googling...
saya bermaksud menyekolahkan anak saya di SD Siemens, tapi utk tahun ajaran 2010 (anak saya baru TK A).
kira2 apa yang harus saya persiapkan dari sekarang...
oh ya...
perkembangan study anak mas gimana skrg?
thx..
-hendra-
@wawa:
BalasHapusyou won't believe how time flies n before you realize it, you'll find yourself accompanying khansa at her school extracurricular activites :)
@suhendra:
salam kenal juga, mas suhendra
thanks for the comment. kl anak mas udah mengenal huruf latin (mengeja & membaca) kata2 dalam bahasa indonesia DAN bahasa inggris, udah 60% aman lah, mas. yg 40% lagi gabungan ketrampilan lain (mewarnai & menggambar, misalnya) dan kesiapan mental anak anda saat diwawancara oleh guru SD Siemens.
sampai semester 2 ini, anak saya merasa nyaman belajar di siemens. nilainya juga termasuk baik lah. kebetulan wali kelasnya baik & attentive.
& yang penting lagi (setidaknya buat saya :D), semuanya gratis. ga ada pungutan biaya apapun. jadi uang yang tadinya saya alokasikan utk biaya pendidikan, bisa dialihkan utk les renang, organ, dll.
good luck, mas suhendra.
dulu saya 6tahun di sd siemens..
BalasHapusdan skrg sudah jd alumni..
mungkin kita merasakan hal berat utk mengeluarkan uang,krn hidup dijkarta itu tdk mudah.
tp 1hal yg hrs kalian semua tw.
siemens ini dr masa diatas saya sampe jaman dibawah saya..
itu selalu bagus pendidikannya...
dan selalu bersaing sm sekolah sekolah swasta di jakarta,bahkan bisa diatas sekolah2 swasta.
dan alhamdulillah anak2 yg lulusan siemens itu selalu masuk sekolah yg bagus bagus.
dan sampai saat ini mrk selalu berusaha utk jd yg terbaik trs.
buktinya anak anak dr siemens bnyk ketrima di smp dan sma unggulan ato favorit jakarta..
dan yg saya tw saat ini.
teman teman saya yg lulusan dr siemens itu hampir 93% itu ketrima spmb smua..
itu sangat membanggakan kita semua.
jd kita tidak perlu merasa rugi apabila untuk mengeluarkan uang utk biaya pendidikan anak.
kalo anak kita sukses sapa juga c yg bangga kl bukan orang tuanya.
kl mereka sukses berarti tidak sia sia perjuangan orang tuanya.
tetapi kl misalnya ada yg gagal waktu masa sd"nya,itu harus dpertanyakan knp?
faktor 1 kurang perhatian dr orang tua.
faktor 2 ada beban yg berat dipikrannya.
itulah yg yg bs mengganggu konsentrasi anak anak kecil belajar,kl dy tidak kuat menahan dy bisa brutal bs dikatakan bandel.
terima kasih.
of course lah mas dimar, semua orang tau bhw sesuatu yg berkualitas kadang tidak bisa didapat dengan harga murah.
BalasHapussaya tidak ngotot bahwa sekolah harus gratis..tis..tis segratis2nya, walaupun saya juga tidak akan rela mengeluarkan belasan atau puluhan juta rupiah untuk menyekolahkan anak saya disebuah institusi bergengsi.
waktu anak saya diterima di SD siemens, saya pun sudah menyiapkan dana yang jumlahnya sudah dibisikkan kepada istri saya oleh beberapa orang tua calon murid. tetapi ketika ternyata kepala sekolah memutuskan untuk membebaskan orang tua murid dari segala bea masuk, itulah yang saya syukuri, karena berarti ada dana lebih untuk memasukkan anak saya kursus musik dll.
saya juga menyadari konsekuensi dari keputusan tersebut, bahwa dengan demikian, ada beberapa hal yang akan dikorbankan. misalnya, ekstra kurikuler dan fasilitas sekolah yang tadinya berjalan dengan lancar, mungkin akan jadi terseok2 karena kekurangan dana. itu semua masih dalam proses diskusi dengan para orang tua murid yang lain.
saat ini pun saya dan istri ikut serta membantu guru dalam beberapa hal. istri saya mengajarkan bahasa inggris para guru seminggu sekali, gratis... tis..tis. saya juga setiap sabtu membantu beberapa kegiatan ekstra kurikuler dengan ikut bermain futsal & bola basket bersama anak2 siemens.
untung saja Wina tdk masuk di SD labschool.Insya Alloh ada hukmah nya ..
BalasHapuskami saja sedang berencana utk memindahkan anak kami dari SD labschool(SD IKIP)..
ternyata cuma labelnya yang RSBI, ortu harus membayar sekian besar, tapi mutu dan kualitas pendidikan nya tidak berbeda dengan SD Reguler..
Pendapat saya sebagai salah satu ortu yg juga bangga anaknya bergabung di SDN siemens, SBI itu kalau cuma status yg dikejar untuk membuat sekolah 'menara gading' tidak ada gunanya untuk masa depan anak2 kita, menurut saya kelebihan di SDN Siemens juga menempa akhlak dan iman. Komentar anak saya: " guru2ku itu hebat semua, mama ....
BalasHapusAnak kami tahun ini berhasil lulus dari SD SSN Kayupuih 09 Pagi (Siemens) dengan hasil yang sangat membanggakan. Diterima di salah satu SMPN favorite di Jakarta Pusat yaitu SMPN RSBI 216 Salemba dengan peringkat ke 20 dari 270 siswa yang diterima. Dan lulusan tahun ini seluruh siswa yang mendaftar di SMPN RSBI diterima!
HapusTahun ini menurut guru-guru SD Siemens adalah tahun yang benar-benar membanggakan untuk nilai kelulusannya. Karena nilai UN yang terkecil adalah diatas 21 dengan 3 mata pelajaran yang di UN kan. Guru-guru SD Siemens memang HEBAT! Saya bangga menyekolahkan anak-anak saya di SD Siemens.
siemens kayaknya emang bagus banget yaa?
BalasHapus